Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 04 Desember 2015

Legenda Ular n'Daung

LEGENDA ULAR n'DAUNG
                Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di Bengkulu hiduplah seorang wanita tua dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan itu sakit keras.
                Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat kusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang di masak dengan bara gaib dari puncak gunung.
                Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon di jaga oleh ular gaib. Menurut cerita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba mendekati puncak gunung itu.
                Dari ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan perasaan takut dia mendaki gunung kediaman si Ular N’Daung. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sungguh sangat menyeramkan. Pohon-pohon di sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matahari sehingga tempat tersebut menjadi temaram.
                Belum habis rasa khawatir si bungsu, tiba tiba ia mendegar suara gemuruh dan raungan yang keras. Tanah bergetar. Inilah tanda si Ular n’Daung mendekati gua kediamannya. Mata ular tersebut menyorot tajam dan lidahnya menjulur-julur. Dengan sangat ketakutan si bungsu mendekatinya dan berkata “ular yang keramat, berilah saya sebutir bara gaibguna memasak obat untuk ibuku yang sakit”. Tanpa di duga ular itu menjawab dengan ramahnya  “bara itu akan kuberikan kalau engkau bersedia menjadi istriku”.
                Si bungsu menduga bahwa perkataan si ular ini hanya untuk mengujinya saja. Maka dia pun menyanggupinya. Keesokan harinya setelah dia membawa bara api pulang, dia pun menepati janjinya kepada Ular n’Daung. Dia kembali ke gua puncak gunung untuk dijadikan seorang istri oleh si ular.
                Alangkah terkejutnya si bungsu menyaksikan kejadian ajaib. Yaitu, pada malam harinya, ternyata ular itu berubah menjadi seorang ksatria tampan bernama pangeran Abdul Rahman Alamsjah.
                Pada pagi harinya dia akan kembali menjadi seekor ular. Hal itu di sebabkan dia di sihir oleh pamanya menjadi ular. Pamannya tersebut mengambil tahtanya sebagai calon raja.
                Setelah kepergian si bungsu, ibunya menjadi sehat dan hidup dengan kedua kaknya yang sirik. Mereka ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dengan si Bungsu. Maka merekapun berangkat ke puncak gunung. Mereka tiba di sana ketika hari sudah malam.
                Alangkah kagetnya mereka ketika bukan ular yang dilihatnya melainkan seorang pria yang sangat tampan. Timbul perasaan iri di dalam hati saudara-saudara si Bungsu ini. Merekapun ingin memfitnah adiknya ini.
                Mereka mengendap ke dalam gua dan mencuri kulit ular itu. Mereka membakar kulit ular tersebut. Mereka mengira dengan demikian ksatria itu akan marah dan mengusir adiknya. Tetapi yang terjadi justrulah sebaliknya. Dengan di bakarnya kulit ular tersebut, secara tidak sengaja mereka membebaskan pangeran itu dari kutukan.
                Ketika menemukan kulit ular itu terbakar, pangeran menjadi sangat gembira. Dia berlari dan memeluk si Bungsu. Di ceritkannya bahwa sihir pamannya itu akan sirna apabila ada orang yang suka rela membakar kulir it.
                Kemudiam si Ular n’Daung yang sudah selamanya menjadi pangeran Alamsjah memboyong si Bungsi ke istananya. Pamanya yang jahat di usir dari istana. Si Bungsu pun kemudian mengajak keluarganya tinggal di istana. Tetapi kedua kakaknya yang sirik menolak karena merasa malu akan perbuantannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar